Senin, 10 Oktober 2022

kasada bromo


 Sejarah Upacara Adat Kasada Bromo

Upacara Adat Kasada Bromo atau disebut juga dengan Yadnya Kasada merupakan ritual adat yang digelar oleh orang-orang dari Suku Tengger, Jawa Timur. 

Orang Tengger menggelar tradisi Kasada Bromo sejak masa Kerajaan Majapahit sekitar abad ke-13 Masehi. 

Sejarah terjadinya tradisi adat ini dimulai ketika putri Raja Brawijaya, yaitu Rara Anteng menikah dengan putra dari seorang Brahmana Kediri, Joko Seger. 

Setelah menikah, keduanya tinggal di wilayah yang tak jauh dari Gunung Bromo. 

Namun, setelah menikah dalam waktu lama, mereka tidak dikaruniai seorang anak. Akhirnya, mereka berdoa dan memohon untuk meminta buah hati. 

Mereka berdoa kepada Sang Hyang Widhi Wasa dan berjanji jika diberikan anak, salah satu anaknya akan dikorbankan. 

Tak berselang lama dari doa tersebut, Rara Anteng hamil dan melahirkan. Jumlah anak-anak mereka yaitu 25 anak. 

Setelah lahir, salah satu anak mereka yang bernama Raden Kusuma menghilang. Namun, mereka mendengar suara Raden Kusuma dari kawah Gunung Bromo. 

Upacara sesembahan atau sesajen tersebut adalah untuk Sang Hyang Widhi dan para leluhur, terutama Roro Anteng (Putri Raja Majapahit) dan Joko Seger (Putra Brahmana), cikal bakal Suku Tengger. Ritual Yadnya Kasada ini untuk memperingati pengorbanan seorang Raden Kusuma, putra bungsu Joko Seger dan Roro Anteng.

Akhirnya Rara Anteng dan Joko Seger selalu memberikan korban berupa hasil bumi pada waktu-waktu tertentu agar dapat hidup aman sejahtera. 

Share:

0 komentar:

Posting Komentar